Silahkan masuk
ke blog sahabat alam
untuk melihat hal hal yg unik
dalam membuat sebuah interpretasi terhadap alam
sebagai indiktor ilahiyah
KLIK DISINI >>>>
Thursday, December 26, 2013
Friday, December 20, 2013
Cara Berfikir Islami
Islam adalah agama universal atau sistem hidup yg integrated dan tidak sah ketika suatu pekerjaan dalam pengamalan islam hanya bermula dalam tataran yg particular atau sebagian sebagian, hal itu tercantum dalam al qur'an surat 2 ayat 208, karna nya sangat penting dalam berislam ini mengetahui tentang kaidah kaidah dasar dalam mengimplementasikannya, seperti sebuah analogi penciptaan "Adanya buah mangga selalu berasal dari biji mangga", "Biji mangga yg terkubur dalam tanah tumbuh menjadi pohon mangga dengan akar yg manancap ketanah, batang menjulang kelangit dan buah yg ranum", demikianlah cara Allah membuat proses yga namanya kehidupan berputar berotasi berawal dan berakhir, pun kejadian atas jiwa manusia yg mengandung unsur berfikir dan berkeyakinan, semuanya adalah rangkaian sunnatullah dan manusia yg berada digaris proses sunnatullah itulah yang menjadi titah dan perintah Allah Saw. berfikir dan berkeyakinan yg terdapat dalam jiwa manusia tentu mempunyai rumus peletakannya, dan titik tolak semua itu adalah berfikir dan berkeyakinan kapada Allah sebagai ilaahun waahid. Mengoptimalkan seluruh jiwa dalam mendeteksi tentang keberadaan Allah hingga secara nyata dan mutlaq bahwa keberadaan Allah itu meresap dan terpatri dalam jiwa manusia ( Puad, qolbu dan jinan ) merupakan keterkaitan yg original ibarat kabel ( penampang ) dan listrik yg berbuah energi, dan energi yg terjadi adalah keterpatrian Al Qur'an sebagai petunjuk hidup ( Hudan ) bagi keseluruhan hidup manusia itu. hingga terbentuklah sebuah sistem hidup yg berlandaskan kebada kebenaran ( Diinul Islam ). Jadi dienul islam itu tidak lahir dari sebuah budaya, nenek moyang yang berbau zhon ( sangkaan sangkaan ) melainkan lahir dari Petunjuk Ilahiyah, dan cara berfikir berkeyakinan manusia merupakan perpanjangan dari maksud ilahiyah tersebut.
yaa ayyuhaa alladziina aamanuu udkhuluu fii alssilmi kaaffatan walaa tattabi'uu khuthuwaati alsysyaythaani innahu lakum 'aduwwun mubiinun
|
[2:208]
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan,
dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan
itu musuh yang nyata bagimu.
|
Dalam surah albaqoroh tersebut Allah menyeru orang orang yang beriman agar masuk pada bangunan islam itu secara menyeluruh / KAAFAH ( Universal )
dan janganlah mengikuti langkah langkah syaithon Syaithon itu adalah penghalang kebenaran dan yg menghalang halangi manusia dalam mewujudkan kaidah dasar cara hidup islami dari mulai berfikir, berkeyakinan dan mewujudkan nya dalam kehidupan ini
Bersambuung ..>>>>>>>
Download Ilmu referensinya
Klik Disini
Wednesday, December 18, 2013
Kitab Hadist Bulughul Maram
Bukan Pegulat orang yg kuat
tetapi orang yg kuat itu adalah
orang yg mampu menahan amarahnya ketika marah
Download
Kitab Bulughul Maram
karya Ibnu Hajar Al Asqolany
Tuesday, December 17, 2013
Logika Sejarah ( Tafsir Al muzammil )
pepatah mengatakan bangsa yg besar adalah bangsa yg mengenal sejarahnya '
sebagai umat islam lebih hanya sebagai sebuah bangsa
karna islam itu lintas bangsa dan dijadikannya manusia berbangsa bangsa
agar saling mengenal
rumus kejadian sebuah bangsa tentu ada kronologis cerita nya
demikian juga dalam mengenal bagaimana Nabi Muhammad saw.
mengukir bangsa arab menjadi bangsa yg berkualitas
ditinjau dari sisi kesejarahannya
SILAHKAN DOWNDLOAD
GRATIIIIS SELAMANYA
Sunday, December 15, 2013
Logika Kauniyah
Walan tajida lisunnatillahi tabdiilan
Wa = dan
Lan = tidaklah ( berlaku untuk selamanya : dulu, sekarang dan yg akan datang )
Tajida = engkau mendapati
Lisunnatillahi = di dalam / Sunnatillah
Sunnatillah = ketetapan ketetapan Allah ( hukum hukum Allah ( Low of Natural ))
Tabdiilan = baddala yubaddilu tabdiilan ( pengganti / berubah )
Sunnah ada 3
Sunnatillah = Sunnah Allah
Sunnaturosuul = Sunnah Rosul
Sunnatu Khulafaurrasyidiin = Sunnah sahabat rosul yg 4
Sebuah Pandangan
Karakter Sunnatullah
Wa = dan
Lan = tidaklah ( berlaku untuk selamanya : dulu, sekarang dan yg akan datang )
Tajida = engkau mendapati
Lisunnatillahi = di dalam / Sunnatillah
Sunnatillah = ketetapan ketetapan Allah ( hukum hukum Allah ( Low of Natural ))
Tabdiilan = baddala yubaddilu tabdiilan ( pengganti / berubah )
Sunnah ada 3
Sunnatillah = Sunnah Allah
Sunnaturosuul = Sunnah Rosul
Sunnatu Khulafaurrasyidiin = Sunnah sahabat rosul yg 4
Sebuah Pandangan
Karakter Sunnatullah
karakter sunnatillah bersifat tetap dan tidak berubah rubah ( kontan / konstanta alam ), karnanya menjadi indikator pertama sebagai landasan cara berfikir alamiyah yg tidak bisa terlepas dari akal manusia, keseluruhan karakter akal manusia selalu membuat interpretasi terhadap alam dan gejala gejalanya yg konstan itu, dua sejoli yg saling berkuat dan berkait antara manusia dan alam itu merupakan sunnatullah dan tidak bisa dipisahkan seamanya. dan keseluruhan gejala alam ini selalu memberikan indikator dalam proyeksi penerapan landasan bagi aturan hidup manusia.
Karakter Sunnah rosul
Alam yg universal itu memuat seluruh kejadian termasuk karakter manusia dalam tataran sosiologi ( pembentukan sebuah masyarakat ) termasuk hal hal yg bersifat kompetisi antar manusia merupakan bagian dari karakter dan cara hidup manusia dalam mewujudkan keinginan, kehendaknya yg merupakan hasil dari cara berfikirnya yg diambil dari informasi alam. Manusia yg berfikir mengikuti alur alam secara terperinci akan mendapatkan kesimpulan yg sama dalam berbagai sisi, selebihnya adalah orientasi yg telah kadung diyakini hingga membentuk sebuah kepentingan kepentingan. Seorang yg mendapatkan ketetapan sebagai predikat rosul merupakan manusia yg terpilih dan mampu secara cermat menyimpulkan hukum hukum alam.
Friday, December 6, 2013
Logika ilahiyah (Dzat Ilahiyah (1)) Hasan Al banna
DOWNLOAD
1. Kemustahilan Mengetahui Dzat Tuhan
Sesungguhnya hakikat dzat Tuhan tidak
dapat diketahui oleh akal. Akal tidak akan mampu mengetahui hakikat-Nya.
Sebab dzat Tuhan memang tidak dapat dijangkau oleh akal pikiran.
Manusia tidak dibekali sarana untuk menjangkaunya.
Sesungguhnya akal manusia meskipun
kecerdasan dan kemampuannya untuk mengetahui sesuatu telah mencapai
puncaknya, namun ia sangat terbatas dan sangat lemah untuk mengetahui
hakikat berbagai hal.
Akal tidak mampu mengetahui (hakikat)
jiwa manusia itu sendiri. Pengetahuan tentang jiwa masih merupakan salah
satu persoalan yang sulit dipecahkan oleh ilmu pengetahuan maupun
filsafat. Akal tidak mengetahui hakikat cahaya. Padahal cahaya merupakan
barang yang paling tampak dengan sangat jelas.
Akal tidak mampu mengetahui hakikat
benda dan hakikat atom yang menjadi unsur pembentuk benda-benda
tersebut. Padahal benda merupakan barang yang sangat erat hubungannya
dengan manusia.
Ilmu pengetahuan manusia sampai saat ini
masih tidak mampu menguak banyak hal tentang hakikat alam semesta ini,
dan tidak mampu berbicara tentang hal itu secara pasti.
Seorang ahli falak terkenal, Kamil
Flamaryun, dalam bukunya “Kekuatan Alam Yang Misteri” berkata: “Kami
melihat diri kami sedang berpikir. Namun apa itu berpikir? Tidak seorang
pun dapat menjawab pertanyaan ini, dan kami melihat diri kami sedang
berjalan. Akan tetapi apa sebenarnya kerja otot itu? Tidak seorang pun
dapat mengetahui hal itu.”
Aku memandang bahwa keinginanku
merupakan suatu kekuatan immaterial, dan bahwa semua karakteristik
diriku adalah juga immaterial. Disamping itu, setiap aku berkeinginan
untuk mengangkat lenganku, maka aku memandang bahwa keinginanku dapat
menggerakkan materi diriku. Namun bagaimana hal itu bisa terjadi? Apa
kiranya yang menjadi perantara atau menjadi penghubung bagi kekuatan
akal dalam menimbulkan suatu hasil yang bersifat kebendaan (berupa
gerakan fisik)?
Jelas tidak ada orang yang mampu
menjawab pertanyaanku ini. Bahkan coba jelaskan kepada saya bagaimana
urat syaraf penglihatan mengirimkan gambar segala sesuatu kepada otak?
Terangkan kepada saya, bagaimana akal dapat mengetahui hal ini? Dimana
tempat tinggalnya akal pikiran? Dan bagaimana pula tabiat kerja otak
itu? Coba katakan kepada saya wahai tuan-tuan (yang dimaksud adalah
orang-orang yang mengingkari adanya Tuhan). Akan tetapi pertanyaan saya
kiranya telah cukup. Saya mampu mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada
tuan sepuluh tahun, dan saya yakin bahwa kepala yang terbesar diantara
tuan-tuan tidak akan mampu memberikan jawaban terhadap pertanyaanku yang
terkecil sekalipun?
Bila posisi akal demikian keadaannya
dalam menghadapi persoalan hakikat jiwa manusia, cahaya, materi dan
segala sesuatu yang ada di alam jagad raya ini, baik yang dapat dilihat
maupun yang tidak dapat dilihat, lantas bagaimana mungkin ia akan
mengetahui Dzat Pencipta Yang Maha Luhur keadaan-Nya, dan berusaha untuk
mengetahui hakikat-Nya?
Sesungguhnya Dzat Allah terlalu besar untuk dapat diketahui oleh akal manusia atau dijangkau oleh akal pikiran.
Betapa tepatnya firman Allah:
“Dan tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu, dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-An’am [ 6] : 103)
2. Ketidakmampuan Mengetahui Hakikat Sesuatu Tidak Berarti Menafikan Keberadaannya
Keterbatasan akal pikiran, kelemahan
untuk mengetahui hakikat sesuatu, dan ketidakmampuan akal untuk
mengetahui hakikat jiwa manusia tidaklah berarti menafikan
keberadaannya. Kelemahan akal untuk mengetahui hakikat cahaya tidak
berarti menafikan adanya cahaya yang memancar di berbagai ufuk.
Kelemahan akal pikiran untuk mengetahui hakikat atom tidaklah
menunjukkan bahwa atom-atom yang membentuk benda-benda itu tidak ada.
Demikian pula semua benda yang tidak mampu diketahui hakikatnya oleh
akal pikiran manusia.
Demikian pula mengenai Dzat Tuhan. Bila
manusia tidak mampu mengetahui hakikatnya, maka tidak berarti bahwa Dia
tidak ada, bahkan Dia ada dan keberadaan-Nya jauh lebih kuat dari segala
yang ada.
Sesungguhnya eksistensi Dzat Tuhan Yang
Maha Suci itu merupakan aksiomatika dan dapat diterima oleh akal
pikiran. Hanya orang sombong saja yang menuntut pembuktian atas
keberadaan Tuhan, karena perkara ini merupakan aksiomatika dan sudah
diterima oleh akal pikiran. Bagaikan orang buta yang menuntut bukti atas
adanya matahari di siang hari bolong. Meskipun demikian kami akan
mengemukakan bukti-bukti yang dapat membimbing manusia kepada kebenaran
dan menyingkapkan arah tujuan yang benar.
3. Alam Semesta Menegaskan Eksistensi Tuhan Pencipta
Sesungguhnya eksistensi Allah itu
merupakan suatu hakikat atau fakta yang tidak diragukan dan tidak ada
celah untuk mengingkarinya. Wujud Allah sangat nyata dan terang bagaikan
terang-benderangnya matahari dan cemerlang bagaikan cahaya fajar yang
merekah di pagi hari yang cerah.
Segala sesuatu yang ada di alam semesta
ini menjadi saksi atas keberadaan Tuhan pencipta. Benda-benda alam dan
segala unsur-unsurnya menegaskan bahwa itu semua ada yang mencipta dan
mengaturnya. Jagad raya dengan segala isinya, seperti matahari, bulan,
bintang-bintang, dan planet-planet, serta alam semesta seperti bumi
dengan segala macam isinya, seperti manusia, binatang, tumbuhan, dan
benda-benda padat, juga adanya keterikatan yang kuat dan keseimbangan
yang cermat yang mengatur dan menyerasikan antara alam-alam ini, itu
semua tiada lain adalah merupakan bukti adanya Allah dan hanya Dia
semata yang menciptakan. Akal sama sekali tidak dapat membayangkan bahwa
benda-benda ini semua tidak akan ada tanpa Dzat yang menciptakannya,
sebagaimana akal tidak dapat membayangkan adanya barang buatan tanpa ada
yang membuat.
Apabila akal manusia menganggap mustahil
terbangnya pesawat di udara atau menyelamnya kapal selam di lautan
tanpa adanya pembuat pesawat dan pembuat kapal, maka hal ini menetapkan
secara pasti akan kemustahilan adanya alam yang sangat indah ini tanpa
adanya pencipta yang menciptakannya dan tanpa adanya pengatur yang
mengatur urusannya.
Ada tiga macam kemungkinan yang dapat
kita kemukakan dalam menerangkan asal mula terjadinya alam semesta ini,
dan tidak ada teori lain di balik tiga macam kemungkinan itu.
Pertama : Bahwa alam semesta ini muncul dari tidak ada, kemudian muncul dengan sendirinya.
Kedua : Bahwa alam semesta ini terjadi secara kebetulan belaka. Yakni faktor kebetulan inilah yang memunculkan alam yang indah ini.
Ketiga : Di sana pasti ada pencipta yang menciptakan alam semesta ini.
Mari kita mendiskusikan masing-masing dari kemungkinan-kemungkinan ini.
Kemungkinan yang pertama jelas tidak
berdasar. Hal ini dikarenakan musabbab (akibat) itu berhubungan erat
dengan sebab-sebabnya. Begitu juga natijah (hasil) itu bergantung pada
muqoddimahnya (premise). Akal tidak dapat membayangkan adanya musabbab
(sesuatu yang disebabkan) tanpa sesuatu sebab yang mendahuluinya, tidak
pula ada natijah (hasil) tanpa pendahuluan-pendahuluannya.
Terjadinya alam semesta ini dari tidak
ada berarti adanya sesuatu yang disebabkan (musabbab) tanpa ada
sebabnya, atau adanya hasil tanpa pendahuluannya. Yakni alam semesta ini
ada dengan sendirinya dan muncul dengan terputus dari sebabnya.
Adanya sesuatu dengan sendirinya dan
terputus dari sebab-sebabnya menurut akal yang sehat dan kenyataan
adalah mustahil. Sebab hal itu berarti memenangkan sisi keberadaan atas
sisi ketidakberadaan tanpa bukti yang dapat digunakan untuk
memenangkannya. Padahal memenangkan sisi keberadaan tanpa bukti yang
dapat digunakan untuk memenangkannya adalah mustahil.
Sesungguhnya apabila kita menyatakan
bahwa alam semesta ini ada karena dirinya sendiri dan terputus dari
sebabnya, maka hal itu berarti sama dengan ucapan kita bahwa tidak ada
itulah yang menjadi sebab eksistensi. Perkataan seperti itu sangat
keliru dan gugur karena “tidak ada” tidak mungkin menjadi sumber bagi
“eksistensi”. “Yang tidak punya sesuatu tidak akan dapat memberi”.
Inilah hal yang diisyaratkan oleh firman Allah dalam kitab suci
Al-Qur’an:
“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun, ataukah mereka yang menciptakan diri mereka sendiri? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi? Sebenarnya mereka tidaklah meyakini apa yang mereka katakan.” (QS. Ath-Thuur [52] : 35-36)
Maksud ayat di atas adalah apakah mereka
ada tanpa pencipta? Ataukah mereka menciptakan diri mereka sendiri
sehingga mereka tidak memerlukan pihak yang menciptakan mereka? Ini
semua mustahil terjadi.
Selanjutnya marilah kita bicarakan
kemungkinan kedua. Kemungkinan yang kedua ini jauh lebih besar
kerancuannya dibanding kemungkinan yang pertama. Sebab sesuatu yang
terjadi secara kebetulan tidak akan dapat tersusun secara teratur dan
serapi ini, dan tidak akan terwujud dengan sempurna sebagaimana yang
kita saksikan ini.
Apakah “kebetulan” itu dapat menciptakan
laki-laki dan perempuan atau jantan dan betina serta mempertautkan
antara keduanya dengan hubungan yang seindah ini?
Apakah “kebetulan” itu yang telah
menciptakan bumi dan seisinya seperti manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan
dan benda-benda padat? Apakah ia juga yang menggantungkan bumi di udara
(cakrawala) dan menjalankannya untuk berputar mengelilingi sumbunya,
yang tidak pernah bergeser sedikitpun walau hanya sehelai rambut sejak
berjuta-juta tahun yang lalu?
Apakah “kebetulan” juga yang mengedarkan
planet-planet dan bintang-bintang sedemikian besar dan banyak sekali
dengan kecepatan luar biasa tanpa pernah mengalami tabrakan antara satu
sama lain?
Apakah “kebetulan” juga yang mewujudkan
unsur-unsur yang membentuk alam semesta ini, dan menjadikannya begitu
serasi dengan keserasian yang cermat sehingga ia bisa berjalan terus dan
kekal sampai batas waktu yang dikehendaki oleh Allah?
Sesungguhnya atom yang merupakan benda
sangat kecil, membuat akal pikiran manusia dan ilmu pengetahuan bingung
dalam menganalisa susunannya yang begitu sempurna dan keserasiannya yang
begitu mengagumkan. Apakah susunannya, keterkaitannya dan keserasiannya
juga karena kebetulan?
Marilah kita dengarkan pernyataan ilmu pengetahuan tentang atom ini:
“Suatu benda
tersusun dari atom-atom yang karena kecilnya tidak dapat dilihat
meskipun dengan menggunakan alat pembesar terkuat (mikroskop). Agar kita
dapat membayangkan bentuk atom (yang kecil itu) maka kita harus
membayangkan seandainya kita menyusun seratus juta buah atom dengan
menumpuknya satu sama lain niscaya panjangnya hanya mencapai kira-kira
satu inchi. Dan sebagai gambaran dari sisi yang lain, dalam setetes air
laut terdapat lima puluh juta atom dari emas.
Atom terdiri dari inti yang disekelilingnya berputar listrik bermuatan negatif yang disebut elektron-elektron dalam garis edar membulat. Antara dua buah elektron
ini terdapat ruangan kosong yang menyerupai ruangan kosong antara
planet-planet dan matahari, dilihat dari segi perbandingan antara bentuk
dan jarak jauhnya.
Inti atom paling ringan bobot timbangannya mencapai 1850 kali timbangan elektron.
Andaikata dua puluh ribu inti atom disusun rapi berdampingan satu sama
lain, niscaya panjang daerahnya mencapai daerah atom itu; atau dengan
kata lain perbandingan inti bila diukur dengan atom adalah seperti
kepala jarum peniti bila dibandingkan dengan sebuah rumah berukuran
sedang.
Elektron-elektron
berputar mengelilingi inti dalam garis-garis edar seperti halnya
garis-garis edar planet-planet ketika berputar mengelilingi matahari,
akan tetapi tempat-tempat berputar itu lebih sensitif dan lebih
sedikit batasnya (mudah lepas) daripada garis-garis edar planet-planet
itu. Andaikata suatu benda yang tersusun dari inti atom ditumpuk dengan
lainnya, yakni tanpa adanya ruang kosong yang ada diantara inti dan
elektron-elektron niscaya timbangan sepotong uang logam sebesar dua
ketip kira-kira mencapai sekitar empat puluh juta ton.
Inti tersusun dari listrik bermuatan positif (proton), yang jumlahnya sama dengan jumlah listrik yang bermuatan negatif (elektron) yang berputar mengelilingi inti.
Disamping proton-proton ini, terdapat juga listrik-listrik lain yang bermuatan pertengahan yang disebut neutron. Andaikata kita dapat menguraikan ikatan yang mengikat antara proton-proton dan neutron-neutron ini, atau dengan kata lain andaikata kita dapat menyediakan jalan untuk melenyapkan neutron sebuah saja dari kumpulan neutron-neutron
yang mengelilingi proton, maka pada saat itu pasti timbul suatu
kekuatan yang dahsyat sekali. Profesor Einstein adalah orang pertama
yang memperkirakan bahwa kekuatan itu sama dengan himpunan dalam segi
empat kecepatan sinar yang diperkirakan dengan senti meter kali dua
setiap detiknya.
Bila kita berpindah dari masalah atom
dan mengangkat kepala ke atas untuk melihat matahari maka kita akan
melihat ilmu pengetahuan yang menyatakan:
“Matahari adalah
benda yang bulat berbentuk bola yang menyala-nyala penuh berisi api
yang lebih dahsyat dari semua api yang ada di bumi. Ia jauh lebih besar
dari bumi, lebih dari sejuta kali. Adapun jaraknya dengan kita sejauh
92,5 juta mil. Demikianlah keadaan matahari itu, dan ia tiada lain
kecuali sebuah bintang, dan tidak termasuk dalam bilangan
bintang-bintang yang besar.”
Ada satu persoalan (mengenai matahari
ini) yang pemecahan finalnya benar-benar menyulitkan akal pikiran para
ilmuwan maupun para ahli astronomi, yaitu bahwa matahari sebagaimana
diambil dari ilmu lapisan bumi, senantiasa memancarkan panas dengan
ukuran yang sama selama berjuta-juta tahun. Jika panas yang ditimbulkan
itu hanya karena akibat terbakarnya matahari, bagaimana mungkin bahannya
tidak habis padahal sudah berjalan sekian masa? Maka tidak diragukan
lagi bahwa cara pembakaran yang berlaku padanya tidaklah sama dengan
cara yang biasa dikenal manusia. Sebab, jika tidak demikian niscaya
pembakarannya itu cukup enam ribu tahun saja, dan selanjutnya panasnya
hilang.
Adapun keutamaan dan keistimewaan
matahari yang diberikan kepada kita bahwa matahari bukanlah sekedar
menjadi sumber cahaya dan api bagi kita semata melainkan ia merupakan
sumbu dari tata surya yang berjalan dan menjadi sumber kehidupan kita.
Matahari itulah yang menguapkan air laut, dan mengangkatnya ke atas
kemudian beralih menjadi awan dan selanjutnya berubah menjadi hujan yang
diturunkan ke bumi ini, dari situlah timbul saluran-saluran air dan
sungai-sungai besar maupun kecil yang mengalir untuk mengairi tanaman,
tumbuh-tumbuhan dan pekarangan kita sehingga dapat berkembang. Dia juga
yang meniupkan angin dan menggerakkan angin topan yang menyebabkan
timbulnya gelombang lautan dan udara menjadi bersih dan jernih. Dia pula
yang menggerakkan kapal-kapal dan perahu-perahu di samudera luas. Dia
pula yang menjalankan kendaraan-kendaraan dan memutar mesin-mesin uap.
Arang batu (yang dipergunakan untuk menggerakkan mesin uap) itu tidak
lain kecuali berasal dari panas cahaya matahari yang terpendam sejak
bertahun-tahun yang lampau untuk diambil manfaatnya oleh putra-putra
bangsa yang datang kemudian.
Andaikata tidak ada matahari, niscaya
tidak ada kehidupan bagi makhluk hidup, dan tidak pula tumbuh-tumbuhan.
Makhluk-makhluk hidup dapat bergerak dan berdiri karena panas matahari.
Burung-burung berkicau karena cahayanya, semuanya bertasbih kepada
Tuhannya. Dan karena panas serta cahaya pula, tanaman-tanaman tumbuh
dengan subur, pohon-pohon kian hari kian bertambah besar, bunga-bunga
mekar dengan indahnya, dan buah-buahan menjadi masak. Kita semua, umat
manusia pun berhutang kepada matahari, karena makanan dan minuman kita
bergantung kepadanya. Ia merupakan sebab keberadaan kita di planet bumi
ini.
Selanjutnya apabila persoalan matahari kita lewatkan, maka kita akan menemukan bahwa:
Bintang yang paling dekat dengan kita
sesudah matahari jauhnya sama dengan 260 ribu kali jauhnya matahari
dengan bumi kita. Ini terhitung sebagai sesuatu yang sangat kecil sekali
bila dibandingkan dengan bintang-bintang Bimasakti yang oleh
orang-orang zaman dahulu kala disebut The Milky Way. Bahkan
keseluruhan tata surya kita ini dianggap sebagai sebuah atom jika diukur
dengan Bimasakti, karena ia menghimpun seratus juta bintang yang
terpencar pada sebuah bidang menyerupai bulatan dasar yang relatif
lembut.
Herbert Spencer Johns, pengarang buku
“Ilmu Falak Umum” berkata : Sesungguhnya cahaya menghabiskan waktu
10.000 tahun untuk bisa mencapai kedua ujung bintang Bimasakti.
Sedangkan cahaya berjalan dengan kecepatan 176.000 mil per detik, atau
300.000 km per detik. Atas dasar keterangan ini maka ukuran cahaya
setahun sama dengan 10 biliyun km.
Bintang Bimasakti yang besarnya telah
mencapai batas sebagaimana kita uraikan di atas, dimana akal manusia
tidak mampu mengetahuinya itu tiada lain kecuali salah satu dari sekian
banyak bintang-bintang yang ada di cakrawala yang jumlahnya tidak
terhitung.
Masih ada yang perlu kita ketahui, bahwa
tata surya yang terdekat dengan tata surya kita ini jaraknya sejauh 700
ribu tahun cahaya.
Sesudah kita mengetahui uraian di atas,
apakah akal pikiran kita dapat menerima semua itu terjadi hanya karena
kebetulan tanpa ada yang menciptakan dan mengaturnya?
Sesungguhnya anggapan “kebetulan”
mengenai penciptaan alam semesta sama sekali tidak dapat diterima oleh
akal pikiran dan tidak diakui atau didukung oleh ilmu pengetahuan. Dan
tidak pula dikatakan oleh manusia kecuali bila ia telah kehilangan ciri
khususnya sebagai manusia yang paling khusus, yakni kemampuan berpikir,
menemukan dan membedakan yang benar dan yang salah.
Seorang filosof berkebangsaan Jerman,
Edward Harenman dalam bukunya “Aliran Darwin” mengatakan: “Sebenarnya
pendapat yang mengatakan tidak ada kesengajaan pada keberadaan alam
semesta menurut para pengikut aliran Darwinisme itu tidaklah mempunyai
bukti. Itu hanya timbul dari angan-angan yang tidak mempunyai landasan
ilmu pengetahuan.”
Dr. Von Bayer dari Jerman dalam bukunya
”Sanggahan terhadap Pendapat Darwin” mengatakan: Apabila para pengikut
aliran Darwinisme mengumumkan dengan lantang bahwa tidak terdapat
kesengajaan pada keberadaan alam, atau dengan kata lain bahwa alam
semesta ini ada karena tuntutan-tuntutan buta, maka saya berkeyakinan
bahwa di antara kewajiban saya mengenai hal itu adalah menyatakan bahwa
saya berkeyakinan sebaliknya. Saya berpendapat bahwa semua tuntutan ini
mengungkapkan berbagai tujuan yang luhur.”
Dr. Muhammad Farid Wajdi sesudah
menyebutkan pembicaraan terakhir ini menyatakan : Andaikata kita ingin
memperoleh keputusan dengan beratus-ratus keterangan dari pemuka ilmu
pengetahuan dan filsafat tentang tidak adanya kesengajaan pada
penciptaan, tentulah kita dapat dengan mudah mengutipnya.
Apabila sudah terbuktikan bahwa alam
semesta ini ada karena “kesengajaan”, maka terbukti pula adanya Dzat
Yang Maha Mengatur, Yang Maha Bijaksana Jalla Wa’ala, melalui jalan yang
dapat dirasakan dan tidak dapat dibantah lagi, sesuai firman Allah:
“Apakah mengenai Allah ada keraguan, yakni Dzat Pencipta langit dan bumi.” (QS. Ibrahim [14] : 10)
Apabila kemungkinan pertama dan
kemungkinan kedua terbukti tidak benar karena keduanya keluar dari
wilayah akal, logika dan ilmu pengetahuan, maka sekarang tinggallah
kemungkinan yang ketiga, yaitu bahwa alam semesta ini ada yang
menciptakan dan mengaturnya. Dan inilah yang sesuai dengan akal pikiran,
logika dan ilmu pengetahuan. Pendapat ini pula yang mendorong Socrates
untuk beriman kepada Allah, dan mampu membungkam Aristophanes yang
mengingkari adanya Tuhan Pencipta dalam dialog berikut ini:
Socrates : Adakah orang-orang yang kamu kagumi karena kemahirannya dan keindahan hasil-hasil karyanya?
Aristophanes
: Ada. Aku mengagumi Homero dalam syair-syair ceritanya, dan aku
mengagumi Zoxes dalam bidang lukisan, dan aku mengagumi Polextic dalam
bidang pembuatan patung-patung.
Socrates
: Pencipta-pencipta manakah yang patut dikagumi? Apakah yang
menciptakan gambar-gambar tanpa akal dan tidak akan bergerak sama sekali
ataukah yang menciptakan makhluk-makhluk yang berakal dan hidup?
Aristophanes
: Sudah barang tentu lebih kagum terhadap pencipta yang menciptakan
makhluk-makhluk yang berakal dan hidup, jika hal itu bukan dari hal-hal
yang terjadi karena kebetulan.
Socrates
: Apakah mungkin hal itu terjadi karena kebetulan jika sekiranya
anggota-anggota tubuh ini diberi kemampuan untuk maksud-maksud dan
tujuan-tujuan tertentu? Umpamanya mata diberi kemampuan untuk melihat,
telinga untuk mendengar, hidung untuk mencium, dan lidah untuk
merasakan. Mata diliputi dengan alat-alat perlindungan karena sangat
sensitif dan lemah. Maka ia dapat ditutup karena tidur atau ketika
diperlukan. Juga dilindungi dengan bulu-bulu mata dan alis. Untuk
telinga diberi peralatan bagian luar yang menampung suara agar dapat
ditangkap. Mungkinkah semua itu karena kebetulan?
Demikian pula halnya kecenderungan untuk
mempunyai keturunan yang diletakkan di dalam hati, rasa cinta yang
mendalam yang ada dalam hati ibu-ibu terhadap anak-anaknya, sekalipun
jarang sekali seorang anak dapat memberikan manfaat kepada bapak dan
ibunya, dan bayi yang begitu lahir mengetahui cara menyusu pada ibunya.
Apakah mungkin ini semua terjadi secara kebetulan?
Aristophanes
: Oh tidak. Sesungguhnya hal itu menunjukkan adanya pencipta dan juga
menunjukkan bahwa penciptanya itu Maha Agung yang mencintai makhluk
hidup. Akan tetapi mengapa kita tidak dapat melihat pencipta?
Socrates
: Anda juga tidak dapat melihat roh Anda sendiri yang menguasai anggota
tubuh Anda. Apakah karena Anda tidak dapat melihat roh Anda, berarti
kita tidak boleh mengatakan bahwa perbuatan Anda timbul karena kebetulan
dan tanpa kesadaran? Sudah barang tentu tidak.
Demikianlah dialog antara dua orang ahli filsafat itu. Maha Benar Allah yang Maha Agung yang telah berfirman:
“Dan diantara tanda-tanda
(kekuasaan)-Nya ialah malam dan siang, matahari dan bulan. Janganlah
kamu bersujud kepada matahari dan jangan pula kepada bulan, akan tetapi
bersujudlah kamu kepada Allah yang telah menciptakan (semua)nya jika
kamu benar-benar menyembah-Nya.” (QS. Fushilat [41] : 37)
DOWNLOAD
Tuesday, December 3, 2013
Fenomena Bayang bayang ( Logika Alam )
bayang bayang merupakan fenomena sehari hari yg mungkin
kadang manusia lupa bahwa ada sisi keajaiban penciptaan dalam setiap
detik kehidupan ini
didalam surah al furqon ayat 45 diatas
Allah Swt mengawali kalimatnya dengan kalimat pertanyaan ( Negatif Quetion )
ini bermakna bahwa kebanyakan manusia tidak secara intensif memperhatikannya.
kejadian bayang bayang secara mutlak produk Allah ( Rob = Pendidik dan Pemelihara )
hingga pertanyaan yg diluncurkan oleh Allah tersebut tertuju pada objek rob yg harus mendapatkan perhatian secara seksama bagaimana sang pemelihara alam itu memanjangkan bayang bayang .. ??
potret kenyataan nya menunjukan bahwa panjang dan pendeknya bayang bayang itu
terkait dua faktor
pertama : sinar / cahaya
kedua : benda yg menghalangi cahaya
semakin tinggi cahaya dengan benda yg tetap maka bayang bayang akan semakin pendek
demikian juga sebalik nya
semakin rendah cahaya dengan benda yg tetap maka bayang bayang semakin panjang
dan
bayang bayang akan menjadi hilang atau tak terlihat manakala
cahaya tepat diatas benda tegak lurus 90 derajat
fenomena bayinat seperti ini menunjukkan bahwa
cahaya adalah penerang / penunjuk
dan bayang bayang adalah kegelapan satu kondisi dimana cahaya tidak tembus
dan terhalang oleh benda maka terjadilah kegelapan
jika kita sebut bahwa cahaya itu adalah penerang yg memberikan penerangan
maka cahaya ini merupakan perumpamaan dari sebuah petunjuk hidup bagi manusia
Atau Al Qur'an sebagai katalog produk yang namanya manusia
menjadi petunjuk bagi manusia yg mengeluarkan manusia dari zaman kegelapan menjadi
zaman terang benderang sebagaimana termaktub dalam
surat al hadid ayat 9
9. Dialah yang menurunkan kepada
hamba-Nya ayat-ayat yang terang (Al-Quran) supaya Dia mengeluarkan kamu dari
kegelapan kepada cahaya. dan Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Penyantun lagi
Maha Penyayang terhadapmu.
Rumus tersirat
"Semakin tinggi manusia memposisikan Al Qur'an dalam Hidupnya
Semakin terang jalan Kehidupan nya ( Posisi cahaya tegak lurus dengan benda )"
"Semakin condong kekiri dan kekanan / Ketimur dan kebarat / menggunakan falasifah sebagai dasar
hidupnya maka semakin kegelapan itu tidak bisa dihilangkan / ( Talbis )
termaktub dalan surat albaqoroh 177
177. bukanlah menghadapkan wajahmu
ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan
itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab,
nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan
orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan
shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia
berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam
peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah
orang-orang yang bertakwa.
alam tara ilaa rabbika kayfa madda alzhzhilla walaw syaa-a laja'alahu saakinan tsumma ja'alnaa alsysyamsa 'alayhi daliilaan
|
||||||
[25:45]
Apakah kamu tidak memperhatikan (penciptaan) Tuhanmu, bagaimana Dia
memanjangkan (dan memendekkan) bayang-bayang dan kalau Dia menghendaki
niscaya Dia menjadikan tetap bayang-bayang itu, kemudian Kami jadikan
matahari sebagai petunjuk atas bayang-bayang itu,
|
Sunday, December 1, 2013
TAFSIR PRAKTIS
Methodologi Penafsiran Al Qur'an
Methode Muadz bin Jabal
1. Q to Q
Yufassirul Quran Bil Qur'an
2. Q to H
Yufassirul Qur'an Bil Hadits
3. Q to A
Yufassirul Qur'al Bil Akal
Perangkat
1. Kitab fathuroman / Al mu'in
2. Kitab Asbabunnuzul
3. Kitab Asbabul wuruz
4. Kitab Shiroh nabawi ( Berbagai penulis )
5. Kitab al bayan
6. Kitab Tafsir Almarogi
7. Kitab Tafsir Ibnu Katsir
8. Kitab Tafsir Fi zilaalil Qur'an
9. Kitab Tauhid ( Abu Hanifah Lc, Lm )
10. Tafsir Kontekstual
A'uudubillahimunasy syaithoonirrojiim
bismillahirrohmaanirrohiim
Senantiasa bersandar kepada Allah Subhanahuwata'ala dan berlindung kepada Allah dari godaan syaithon yg terkutuk dari sangkaan sangkaan yg tidak berfaedah, dari pemikiran pemikiran yg tidak berlandaskan Kitab yg maha suci ( Al Qur'anul Kariim )
Ada tiga komponen yg praktis dalam memulai memahami kitab suci Al Qur'an sebagai landasan utama bagi hidup manusia yg meyakininya dan termaktub dalam Surat Al Fatihah dan Surat Annas ( Awal dan Akhir ) dalam mushaf usmani yg telah disepakati oleh para mufasir.
Al FATIHAH
Bagian Terpenting dalam kitab yg disebut ummulkitab
memuat :
1. Konsepsi yang memuat seluruh teori tentang kehidupan sebagai landasan 'ilmu ( Rob )
2. Setting kesejarahan memuat seluruh situasional para nabi dan rosul dalam proses mengaktualisasikan konsep yg maha mutlaq dengan lingkup sosioculturalnya ( Malik = Kekuasaan )/ ( teritorial atau wilayah penerapan wahyu )
3. Aktor memuat keseluruhan Pelaku dalam kesejarahannya ( Rosul walladziina ma'ahu ) ( 'Abiid/ ilah = pengabdi . manusia yg mengabdikan keseluruhan hidupnya hanya untuk Allah )
tiga perangkat atau alat tersebut keseluruhannya adalah ibarat tangga yg akan menyampaikan cita cita dan tujuan manusia dalam proses pengabdiannya kepada Allah.
Methode Muadz bin Jabal
1. Q to Q
Yufassirul Quran Bil Qur'an
2. Q to H
Yufassirul Qur'an Bil Hadits
3. Q to A
Yufassirul Qur'al Bil Akal
Perangkat
1. Kitab fathuroman / Al mu'in
2. Kitab Asbabunnuzul
3. Kitab Asbabul wuruz
4. Kitab Shiroh nabawi ( Berbagai penulis )
5. Kitab al bayan
6. Kitab Tafsir Almarogi
7. Kitab Tafsir Ibnu Katsir
8. Kitab Tafsir Fi zilaalil Qur'an
9. Kitab Tauhid ( Abu Hanifah Lc, Lm )
10. Tafsir Kontekstual
A'uudubillahimunasy syaithoonirrojiim
bismillahirrohmaanirrohiim
Senantiasa bersandar kepada Allah Subhanahuwata'ala dan berlindung kepada Allah dari godaan syaithon yg terkutuk dari sangkaan sangkaan yg tidak berfaedah, dari pemikiran pemikiran yg tidak berlandaskan Kitab yg maha suci ( Al Qur'anul Kariim )
Ada tiga komponen yg praktis dalam memulai memahami kitab suci Al Qur'an sebagai landasan utama bagi hidup manusia yg meyakininya dan termaktub dalam Surat Al Fatihah dan Surat Annas ( Awal dan Akhir ) dalam mushaf usmani yg telah disepakati oleh para mufasir.
Al FATIHAH
Bagian Terpenting dalam kitab yg disebut ummulkitab
memuat :
1. Konsepsi yang memuat seluruh teori tentang kehidupan sebagai landasan 'ilmu ( Rob )
2. Setting kesejarahan memuat seluruh situasional para nabi dan rosul dalam proses mengaktualisasikan konsep yg maha mutlaq dengan lingkup sosioculturalnya ( Malik = Kekuasaan )/ ( teritorial atau wilayah penerapan wahyu )
3. Aktor memuat keseluruhan Pelaku dalam kesejarahannya ( Rosul walladziina ma'ahu ) ( 'Abiid/ ilah = pengabdi . manusia yg mengabdikan keseluruhan hidupnya hanya untuk Allah )
tiga perangkat atau alat tersebut keseluruhannya adalah ibarat tangga yg akan menyampaikan cita cita dan tujuan manusia dalam proses pengabdiannya kepada Allah.
Subscribe to:
Posts (Atom)